Friday, 2 October 2015

Gorengan Si Bisikan Setan

Setuju gak kalau gorengan bagaikan BISIKAN SETAN. Maunya dibeli aja walaupun sudah tahu tidak sehat, jorok, gak bersih, yang paling gawat bisa menimbulkan kanker, tapi tetap saja, gorengan tidak ada matinya!!! Siapa sih yang gak suka gorengan? penampakannya membawa selera gitu, mau tua, muda, kecil, besar, cantik, jelek semuanya suka gorengan, apalagi harganya yang murah, USD 1 bisa dapat minimal 20 biji hahaha. Walaupun tuh gerobak adanya di terminal atau di pinggir jalan yang mana PASTI gorengannya sudah diselimuti debu dan asap hitam dari bis, truck dan metromini, tapi tetap saja LAKU. Waktu jaman SMP makan gorengan udah seperti kewajiban, pas lonceng istirahat berbunyi, langsung deh nyerbu tukang gorengan. Gorengan waktu itu gede-gede, murah lagi, gk seperti zaman sekarang, kecil-kecil, mahal pula. Dulu pas awal-awal kuliah saya menemukan kembali abang tukang gorengan yang enak, letaknya di depan kampus STAIN dan sekarang sudah jadi IAIN. Gorengannya enak bangat, murah juga, cuma 1000 dapet 3, tapi kayaknya sekarang udah naik harganya, mungkin 500 satu atau berapa. Maklum udah gk berkunjung lagi pas wisuda n sekarang kerja. Tapi kalau mau beli harus berdoa dulu, harus menguatkan hati karena ini nih. Gerobak tukang gorengan yang gak pakai kaca, so 100% yakin, pasti, I’m sure, itu debu dan kotoran segala macam dari jalanan yang penuh dengan kendaraan, bus, dan truck penghasil asap hitam pasti nempel disitu. Walaupun begitu, dicuekin juga tidak tega, pengennya dicobain. Makanya saya bilang harus menguatkan hati pas beli dan memakannya. Cuek saja sama yang namanya kanker, kalau tidak ada gorengan, hidup tidak lengkap (hahaha lebay bangat yah?) Gorengan si BISIKAN SETAN… harus dicoba, kalau belum makan gorengan jangan bilang orang Indonesia deh, hahaha..

Thursday, 1 October 2015

Titik Jenuh Nabi

Setiap manusia memiliki tingkat kelemahan dan kekuatan yang berbeda satu sama lain, itulah salah satu kekuasaan Allah. Ada manusia yang baru diberi cobaan yang menurut yang lain tidak seberapa besar, tapi menurutnya cobaan itu sudah melampaui batas kekuatannya sebagai manusia, atau bahkan sebaliknya.
Saya jadi teringat kisah para Nabi dan Rasul, Nabi Nuh as pernah merasakan bahwa dirinya sudah tidak sanggup lagi membimbing kaumnya yang selalu ingkar, bahkan beliau berdo’a kepada Allah agar kaumnya diberi adzab agar hanya tersisa orang-orang yang beriman saja lagi. Tapi doanya tidak dikabulkan Allah.
Kisah Nabi Yunus as, ketika dakwahnya selalu ditolak oleh kaumnya yang ingkar, beliau sempat lari dan meninggalkan kaumnya. Namun Allah kemudian memberikan tarbiyah melalui teguran yang subhanallah, Nabi Yunus as dimakan dalam keadaan hidup oleh seekor ikan besar ketika beliau sedang tertidur, beberapa hari beliau terkurung di dalam perut ikan itu, hingga disanalah beliau merenung dan menyadari kesalahannya, kemudian beliau berdoa seraya bertasbih “ Lailaha illallah subhanaka inniquntu minadzalimin “. Setelah itu Allah baru mengeluarkannya dari perut ikan dan Nabi Yunus as kembali pada kaumnya yang ingkar untuk di dakwahi.
Jika boleh saya katakan, cerita Nabi Nuh as dan Yunus as tadi adalah saat-saat dimana mereka mengalami yang namanya titik jenuh. Meski mereka ada Nabi dan Rasul yang tingkat keimanannya diatas rata-rata, namun ada saat dimana kodrat kemanusiaannya hadir, yaitu mengeluh. Tapi kemudian Allah menunjukkan jalan sekaligus teladan bahwa rasa jenuh itu bisa dihilangkan. Rasulullah SAW adalah manusia sempurna, tingkat keimanan, ketaqwaan dan kesabaran beliau jauh melebihi seluruh manusia yang ada di muka bumi. Potret kehidupan beliau juga sungguh penuh keprihatinan sekaligus kekaguman, sehebat apapun rintangan di depannya, Rasulullah tetap pada titik kesabarannya, dan titik itu tidak pernah sampai pada titik jenuh, bahkan melonjak hingga ke titik kesabaran yang paling tinggi.
Bagaimana dengan kita sekarang? Berbicara dalam hal dakwah, tantangan dakwah di masa sekarang tidak sebesar pada masa Rasulullah atau Nabi dan Rasul yang lain. Namun, terkadang rintangan yang tidak sebesar itu ternyata mampu membuat sebagian kader dakwah, para da’i/da’iyah dan ulama sampai pada titik jenuh. Jenuh saat melihat umat tak juga sadar akan kesalahannya, jenuh saat risalah yang dibawa tak dihiraukan oleh umat, jenuh saat problematika umat semakin kompleks, dan jenuh saat satu persatu kader dakwah akhirnya berguguran ditengah perjuangan, hingga akhirnya sampai pada titik kefuturan.
Dan saya pun merasakan hal itu sekarang, akhirnya tingkat kesabaran saya bukan semakin naik, tapi malah menurun. Tapi kemudian kita kembali pada kamus hidup kita, Al Qur’an. di dalam al qur’an Allah sudah menyapa “ Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas, janganlah kamu berputus asa dari rahmatKu…” (QS. Az Zumar 53). 
Disanalah Allah sudah mewanti-wanti agar kita tidak boleh berputus asa, karena rahmat dan kasih sayang Allah jauh lebih besar daripada keputus asaan yang ada. Disanalah Allah memerintahkan agar kita tetap menjadi sosok yang kuat sebesar apapun rintangan yang kita hadapi, karena Allah sudah menjanjikan rahmat dan pertolonganNya bagi mereka yang bersabar dan tidak melampaui batas.
Semoga ini bisa menjadi perenungan, terutama bagi saya sendiri yang sedang merasa di titik jenuh. Yang pasti saat berada di titik jenuh, ada rasa ingin lari, namun saya yakin, bukan penyelesaian yang akan saya dapatkan, tapi justru kerugian yang amat besar. Saat Allah sudah menghamparkan jalan menuju keridhoanNya, saya justru berbalik arah dan memilih jalan lain, naudzbillah, semoga itu tidak terjadi. Wallahualam bishowab.

Lingkaran Titik Jenuh

Ketika kehidupanmu seperti menggambar sebuah lingkaran, berarti kehidupan sehari-harimu adalah kejenuhan yang mutlak, membosankan, dan bikin males. Cobalah menggambar lingkaran, tanpa alat cetak ataupun alat bantu lain, kecuali bulpoin dan pensil. Apakah hasilnya benar-benar lingkaran sempurna, ataukah karena kamu yang menggambar maka dibilang sempurna.
Ketika kalian menggambar lingkaran tadi apakah kalian mempelajari atau menemukan sesuatu, aku yakin kalian hanya menggambar lingkaran saja. Namun sebenarnya ada makna ketika kalian menggambar lingkaran, apakah kalian menyadarinya. Makna ketika kalian menggambar lingkaran dimulai dari awal kalian menggoreskan pensil, pasti akan bertemu awal dan akhirnya. Sehingga terbentuklah lingkaran, entah itu lingkaran sempurna ataupun tidak.
Seperti dalam kehidupan kita, dari jam 6 ketemu jam 6 lagi dan begitu seterusnya. Dari pertama membuka mata (bangun dari tidur) sampai menutup mata (tidur), apakah kalian melakukan kegiatan yang sama setiap hari, dan itu berulang-ulang. Jika iya, maka kalian sedang menggambar lingkaran dan itu semua pasti akan bertemu titik jenuh.
Rubahlah aktifitas keseharianmu, buatlah berbeda setiap hari-harimu, lakukanlah kegiatan yang berbeda meski sebenarnya sama di hari-hari sebelumnya. Jika telah kalian lakukan maka rasakan perbedaannya, rasakan perubahannya. Dan kalian tidak lagi sedang membuat lingkaran, mungkin saja menggambar persegi, segitiga. Atau kalian akan menggambar sesuatu yang abstrak, karena kegiatan setiap hari kalian berbeda.
Itulah pemikiranku ketika jenuh dan selalu melihat jam yang berbentuk lingkaran, semoga bermanfaat. Kalian juga bacalah postingan tentang titik jenuh nabi yang terdahulu, karena nabi juga manusia, manusia yang diberi kelebihan oleh Allah SWT, semoga kita bisa menggambil manfaatnya.