Merah, iya ini tentang warna merah dan hanya warna merah yang di kalender yaitu tanggal merah di hari minggu yang selalu ditunggu orang-orang, karena merah di hari itu adalah hari weekend, hari libur. Dan hanya merah itu yang membahagiakan, menyenangkan dan juga merahnya buah yang matang yang selalu ditunggu.
Sedangkan merah yang lain itu menyebalkan, ngeselin. Seperti merah datang bulan si istri, merahnya lampu, merahnya api, dan merahnya nilai bagi yang sekolah.
Merahnya istri atau datang bulannya istri itu menyebalkan bagi kau suami, apalagi datang bulannya berbulan-bulan, bisa dibayangkan lama menunggunya,huhu.. Nah kalau merahnya lampu atau lampu merah itu terlalu, apa lagi naik motor siang-siang terus lampu merah deh, rasanya mandi keringat itu.
Merah api itu akan sakit dan terbakar jika berlebihan, kalau sedikit si pasti bermanfaat, yah pasti sudah tau. Tapi kalau merahnya nilai di laport itu sangat menyedihkan, pasti dimarahin orang tua karena nilai kita jelek, tapi zaman sekarang hanya seribu satu orang tua yang memeriksa laport anaknya.
Itulah tentang si merah, mungkin sobat andry ada yang mau tambahin, tulis saja di kolom komentar sob.
AndryNdrays akan berbagi pengalaman pribadi tentang sejarah desa, unboxing, review produk, review tempat wisata, game play pubg mobile, dan banyak lainnya
Showing posts with label Hatiku. Show all posts
Showing posts with label Hatiku. Show all posts
Saturday, 28 November 2015
Monday, 23 November 2015
Kisah Pembakar Semangat Tentang Ilmu
Masih bersama Andry Ndrays, kali ini kami akan share sedikit kisah-kisah tentang pentingnya ilmu agar anak muda zaman sekarang terbakar semangatnya untuk ilmu, langsung saja berikut kisah-kisahnya :
Semangat Mendatangi Majelis Ilmu
Syaikh Abdullah bin Hamud Az Zubaidi belajar kepada Syaikh Abu Ali Al Qaali. Abu Ali memiliki kandang ternak di samping rumahnya. Beliau mengikat tunggangannya di sana. Suatu ketika, murid beliau, Abdullah bin Hamud Az Zubaidi, tidur di kandang ternaknya agar bisa mendahului murid-murid yang lain menjumpai sang guru sebelum mereka datang. Agar bisa mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin sebelum orang berdatangan. Allah mentakdirkan Abu Ali keluar dari rumahnya sebelum terbit fajar. Az Zubaidi mengetahui hal tersebut dan langsung berdiri mengikutinya di kegelapan malam. Merasa dirinya dibuntuti oleh seseorang dan khawatir kalau itu seorang pencuri yang ingin mencelakai dirinya, Abu Ali berteriak, “celaka, siapa anda?”. Az Zubaidi berkata, “aku muridmu, Az Zubaidi”. Abu Ali berkata, “sejak kapan anda membuntuti saya? Demi Allah tidak ada di muka bumi ini orang yang lebih tahu tentang ilmu Nahwu selain anda, maka pergilah tinggalkan saya” (Inaabatur Ruwat ‘ala Anbain Nuhaat, Al Qifthi, 2/119).
Ibnu Jandal Al Qurthubi berkata, saya pernah belajar pada Ibnu Mujahid. Suatu hari saya mendatanginya sebelum fajar agar saya bisa duduk lebih dekat dengannya. Ketika saya sampai di gerbang pintu yang menghubungkan ke majelisnya, saya dapati pintu itu tertutup dan saya kesulitan membukanya. Saya berkata dalam hati, “Subhaanallah, saya sudah datang sepagi ini tapi tetap saja tidak bisa duduk di dekatnya?”. Kemudian saya melihat sebuah terowongan di samping rumahnya. Saya membuka dan masuk ke dalamnya. (Itu adalah sebuah terowongan di dalam tanah, saya masuk agar bisa sampai ke ujung terowongan hingga keluar darinya menuju ke majelis ilmu). Ketika sampai di pertengahan terowongan yang semakin menyempit, saya tidak bisa keluar ataupun kembali. Maka saya mencoba melebarkan terowongan selebar-lebarnya agar bisa keluar. Pakaian saya terkoyak, dinding terowongan membekas di tubuh saya, dan sebagian daging badan saya terkelupas. Allah menolong saya untuk bisa keluar darinya, mendapatkan majelis Syaikh dan menghadirinya. Sementara saya dalam keadaan yang sangat memalukan seperti itu (Inaabatur Ruwat ‘ala Anbain Nuhaat, Al Qifthi, 2/363 dengan saduran).
Semangat Belajar Dalam Keterbatasan
Imam Asy Syafi’i berkata, “saya seorang yatim yang tinggal bersama ibu saya. Ia menyerahkan saya ke kuttab (sekolah yang ada di masjid). Dia tidak memiliki sesuatu yang bisa diberikan kepada sang pengajar sebagai upahnya mengajari saya. Saya mendengar hadits atau pelajaran dari sang pengajar, kemudian saya menghafalnya. Ibu saya tidak memiliki sesuatu untuk membeli kertas. Maka setiap saya menemukan sebuah tulang putih, saya mengambilnya dan menulis di atasnya. Apabila sudah penuh tulisannya, saya menaruhnya di dalam botol yang sudah tua” (Jami’u Bayanil Ilmi wa Fadhilihi, Ibnu ‘Abdil Barr, 1/98).
Salim Ar Razy menceritakan bahwa Syaikh Hamid Al Isfirayaini pada awalnya adalah seorang penjaga (satpam) di sebuah rumah. Beliau belajar ilmu dengan cahaya lampu di tempat jaganya karena terlalu fakir dan tidak mampu membeli minyak tanah untuk lampunya. Beliau makan dari gajinya sebagai penjaga (Thabaqatus Syafi’iyah Al Kubra, Tajuddin As Subki, 4/61).
Semangat Mencari Ilmu Walaupun Harus Melakukan Perjalanan Jauh
Abu Ad Darda radhiallahu’ahu mengatakan. “seandainya saya mendapatkan satu ayat dari Al Qur’an yang tidak saya pahami dan tidak ada seorang pun yang bisa mengajarkannya kecuali orang yang berada di Barkul Ghamad (yang jaraknya 5 malam perjalanan dari Mekkah), niscaya aku akan menjumpainya”. Sa’id bin Al Musayyab juga mengatakan, “saya terbiasa melakukan rihlah berhari-hari untuk mendapatkan satu hadits” (Al Bidayah Wan Nihayah, Ibnu Katsir, 9/100).
Ibnul Jauzi menceritakan, “Imam Ahmad bin Hambal sudah mengelilingi dunia sebanyak 2 kali hingga ia bisa menulis kitab Al Musnad” (Al Jarh Wat Ta’dil, Ibnu Abi Hatim).
Imam Baqi bin Makhlad melakukan rihlah dua kali: dari Mesir ke Syam (sekitar Suriah) dan dari Hijaz (sekitar Mekkah) ke Baghdad (Irak) untuk menuntut ilmu agama. Rihlah pertama selama 14 tahun dan yang kedua selama 20 tahun berturut-turut (Tadzkiratul Huffadz, 2/630).
Rela Membelanjakan Banyak Harta Demi Ilmu
Khalaf bin Hisyam Al Asadi berkata, “saya mendapatkan kesulitan dalam salah satu bab di kitab Nahwu. Maka saya mengeluarkan 80.000 dirham hingga saya bisa menguasainya” (Ma’rifatul Qurra’ Al Kibar, Adz Dzahabi, 1/209)
Ayah dari Yahya bin Ma’in adalah seorang sekretaris Abdullah bin Malik. Ketika wafat, beliau meninggalkan 100.000 dirham untuk Yahya. Namun Yahya bin Ma’in membelanjakan semuanya untuk belajar hadits, tidak ada yang tersisa kecuali sandal yang bisa ia pakai (Tahdzibut Tahdzib, Ibnu Hajar, 11/282)
Ali bin Ashim bercerita, “ayahku memberiku 100.000 dirham dan berkata kepadaku: ‘pergilah (untuk belajar hadits) dan saya tidak mau melihat wajahmu kecuali kamu pulang membawa 100.000 hadits’” (Tadzkiratul Huffadz, Adz Dzahabi, 1/317).
Demikianlah para ulama kita. Semoga Allah membakar semangat-semangat kita untuk mempelajari agama ini, walaupun tidak bisa seperti semangatnya para ulama, setidaknya mendekati mereka. Allahumma yassir wa a’in.
Sunday, 25 October 2015
Ketika Kesal dan Sesal Menyatu
Seperti menertawakan kesalahan sendiri.
Ini tentang kamu. Kesalahan yang pernah aku indah-indahkan.
Menuju malam, kubangkitkan apa yang telah lama bersemayam.
Berpasang-pasang mata di sekelilingku melihat hanya aku sendiri, di
sini. Namun lain dengan kedua mataku,Kamu hadir. Dengan simpul senyum
yang masih sama, namun rasa yang berbeda. Tak ada lagi desir hangat di
dalam dada. Tak ada lagi semu merah di wajah, ada-tiadamu aku mulai
terbiasa.
Di masa lalu kamu pernah
kucinta sepenuh jiwa. Sedikit berlebihan, memang. Namun begitu adanya.
Mencintaimu tanpa terbesit kemungkinan-kemungkinan pahit kamu akan
meninggalkan rasa sakit. Rasionalku lumpuh. Rasa yang kukira utuh,
nyatanya mampu membuatku runtuh dalam hitungan detik saja setelah kamu
memilih untuk melangkah menjauh.
Setelah kepergianmu, aku tetap melangkah walau terseok-seok kesusahan.
Butuh berapa lama jangan ditanya, proses melepasmu biar menjadi
urusanku.
Hanya saja yang harus kamu
tahu; tanpamu aku bisa.
Berkali-kali aku berucap; jangan besar kepala. Kamu kira aku akan
benar-benar hancur porak-poranda, hingga sulit untuk berjalan kembali
seperti semula? Kamu salah. Kamu terlalu jemawa jika berpikir tanpamu
aku tidak bisa apa-apa. Tegarku lebih dari yang kamu kira. Resistanku
lebih kuat dari yang kamu duga.
Beberapa
hari lalu kamu menyambangiku. Berbasa-basi menanyakan kabarku juga
keseharianku. Jelas kutahu ke mana arahmu. Bersamaku lagi, hanya akan
dalam anganmu. Menyesal katamu? Aku tertawa keras-keras. Angkuhmu yang
menjulang bak bangunan berpuluh-puluh lantai yang mencakar-cakar langit,
kau ke manakan?! Kamu seolah lupa perihal gelas yang pernah aku
ceritakan. Sekali gelas terjatuh dan pecah memperbaikinya kembali akan
terasa sukar. Sekali pun kamu rekatkan dengan lem super kuat, diisi air
akan percuma, gelas tidak akan pernah penuh kembali.
Aku mendendam? Kamu jangan bercanda, Sayang.
Aku
tidak sekeji itu. Aku hanya tidak ingin melakukan kesalahan untuk kedua
kalinya; memilih orang yang tidak tepat. Kamu kepadaku hanya mencari
ramai di tengah sunyimu saja. Kamu kira aku pasar malam? Padamu, cintaku
pupus tergerus langkah pergimu.
Kusunggingkan
sebelah senyum melihat kamu besimpuh memelas, agar aku sedikit berbesar
hati menerimamu kembali. Kamu tahu jawabanku apa, Sayang. Kamu sudah
mengenalku lama, seharusnya kamu peka atas mimik muka yang
kupertunjukkan di pertemuan kita.
Kusuguhkan sepiring sesal di Waktu Istirahatku, selamat bersantap, Sayang.
Saturday, 10 October 2015
Cinta Dan Benci Bersaudara
Sepatah kata cinta merasuk relung sukma yang bersinergi dengan rasa rindu yang mengendap di muara hati, membuat ukiran namamu semakin terasa tertanam dalam lubuk jiwa dan mengalir di dalam nadi menuju otak, sehingga ingatan tentang parasmu menghiasi dinding akal ini.
Ingin rasa untuk musnahkan bayangmu dari semua sudut otak ini, tapi apa daya hati tak bergeming ketika rindu semakin kuat meski cinta dirasa mulai samar, saat itupun gundah antara ingin pergi jauh melupakan atau mendekat untuk membuat warna cinta semakin pekat, menyerang batin ini.
Kebimbangan menyerang, Kegundahan meradang, Kegelisahan menyelimuti,
Segala isi hati dan keyakinan diri, untuk mengenyahkan gelombang cinta yang dulu menenggelamkan jiwa dalam lautan asmara.
What should I do?
I’m so tired with you but I’m still loving you. I’m already bleed myself to surviving you, but you don’t care.
Where should I go? I wanna burn all memories about you but I’m still missing you. I wanna you let me alone, but sometimes you ask about myself.
Inikah cinta yang secinta-cintanya atau inikah benci yang sebenci-bencinya ?
Cinta berbalut perih, Benci berbalut rindu, Itu yang kurasa.
Kecenderungan mencintaimu kembali, semakin mewabah didalam ladang hati ini, begitupun kecenderungan membencimu, semakin menyelimuti isi otak ini.
Antara akal atau perasaan, mana yang mesti ku pakai? Antara logika atau intuisi, mana yang harus ku gunakan?
Cinta dan Benci bertarung memperebutkan singgasana di istana relung hati yang penuh kebimbangan.
Siapa pemenangnya?
Hanya waktu dan takdir yang akan menentukan juaranya. Beri aku satu jawaban saat perjumpaan kita selanjutnya, semoga tidak dengan wanita satu waktu.
Friday, 9 October 2015
Wanita Satu Waktu
Mereka bohong jika mengatakan bahwa waktu akan mengobati segalanya. Atau mungkin mereka belum pernah tersandera rasa yang tercipta dari kesalahan ketika kamu menuju pada jalan yang kau duga sempurna.
Percayalah, manusia adalah penghasil kekeliruan. Sebenar apapun kamu berjalan, selurus apapun kamu melangkah, akan selalu ada ada lubang nista yang senang jika kamu terperosok jatuh.
Hai wanita yang kukenal hanya pada satu episode dalam keseluruhan hidupku, nampaknya kakiku tergores, karena jatuh dalam lubang kecil yang kugali sendiri.
Lalu aku tidak tahu lagi bagaimana caranya mengobati. Menyebut pintaku atasmu pada tuhan pun aku tidak berani. Karena sungguh sejarahmu terlalu manis untuk menjadi bagian dari diriku yang getir.
Karena semua citamu terlalu hangat untuk menjadi bagian dari hidupku yang dingin. Karena semua doamu terlalu sederhana untuk menjadi bagian dari pintaku yang muluk dan manja. Karena semua ceritamu terlalu lembut untuk menempati hatiku yang keras. Karena palingmu malam itu memuakkan, sekaligus memaksaku membangun perasaan. Kamu menjadi salah satu manusia yang tidak meminjamiku waktu. Kamu menjadi salah satu hati yang tidak mempercayai.
Ah, wanita Satu Episode, lalu mengapa tiba-tiba hari ini aku menjadi sendu lalu menulis narasi busuk begini?
Kesalahan Masa Lalu
Akhir-akhir ini saya sedang berpikir bahwa sebenarnya kehidupan terdiri dari pola-pola. Di dalam percakapan saya dengan seseorang di masa lalu, kami sepakat bahwa cinta kami adalah sebuah pola. Bahwa sebenarnya kami hanya mengulangi kisah cinta yang dulunya pernah terjadi oleh orang-orang di atas kami.
Saya pernah melakukannya. Jatuh cinta dengan orang yang salah, katanya. Tetapi saya tidak percaya. Saya tidak percaya bahwa ada kesalahan ketika kita mencintai seseorang. Saya tidak percaya bahwa terdapat sebuah “kesalahan” ketika kita mencintai orang lain. Seperti sebuah “kesalahan” pada lembaran jawaban siswa. Dan ketika salah, guru akan menandainya dengan bolpoin merah. Hanya saja saya tidak suka kalimat ini: Jatuh cinta dengan orang yang salah. Kalimat tersebut terlalu egois. Seakan-akan kita tidak pernah melakukan kesalahan di dalam hidup. Kalimat itu juga seakan menyiratkan bahwa, jika kesalahan itu ada di pihak kita, selamanya kita yang benar, dan pihak sebaliknya yang salah.
Bagi saya, setiap orang terbuat dari kesalahan. Tidak ada yang berhak menghakimi orang lain. Saya pernah ada di dalam kondisi yang “salah” dan saya dihakimi. Saya berpikir ulang, kenapa saya dihakimi? dan yang parahnya adalah orang tersebut tidak hanya menghakimi saya. Ia juga menghakimi orang-orang yang berada di dekat saya.
Saya belajar beberapa hal dalam kondisi ini: ketika kamu dihakimi oleh orang lain, sebenarnya orang tersebut sedang menghakimi dirinya sendiri. Itu adalah perwakilan dari isi hatinya. Jangan terlalu dekat dengan orang yang suka menghakimi orang lain.
Kamu tidak pernah jatuh cinta dengan orang yang salah. Tidak ada satu orang pun di bawah langit ini yang punya kuasa untuk mengatur, yang itu “salah” yang itu “benar” atau yang itu “tepat” karena konon, hati manusia itu terlalu dalam untuk dinilai hanya dari permukaannya.
Wednesday, 7 October 2015
Satu Tahun Bersama (Halal)
Di hari ulang tahun pernikahan kita. Aku coba panjatkan kepada Allah rangkaian keinginanku dalam wujud doa. Doa yang senantiasa orang-orang panjatkan untuk memulai hidup baru. Semoga Allah mengijabahi pintaku, pinta kita. Aamiin.
Ya Allah, andai Kau berkenan, limpahkanlah rasa cinta kepada kami, yang Kau jadikan pengikat rindu Rasulullah dan Khadijah Al Qubro, yang Kau jadikan mata air kasih sayang Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra, yang Kau jadikan penghias keluarga Nabi-Mu yang suci.
Ya Allah, andai semua itu tak layak bagi kami, maka cukupkanlah permohonan kami dengan ridlo-Mu. Jadikanlah kami Suami & Istri yang saling mencintai di kala dekat, saling menjaga kehormatan dikala jauh, saling menghibur dikala duka, saling mengingatkan dikala bahagia, saling mendoakan dalam kebaikan dan ketaqwaan, serta saling menyempurnakan dalam peribadatan.
Ya Allah, sempurnakanlah kebahagiaan kami, dengan menjadikan perkawinan kami ini sebagai ibadah kepada-Mu
Dan bukti ketaatan kami kepada sunnah Rasul-Mu.
Ya Allah, indahkanlah rumah kami dengan kalimat-kalimat-Mu yang suci. Suburkanlah kami dengan keturunan yang membesarkan asma-Mu. Penuhi kami dengan amal shaleh yang Engkau ridhai. Jadikan kami Yaa…Allah teladan yang baik bagi anak-anak kami.
Ya Allah, damaikanlah pertengkaran di antara kami, pertautkan hati kami, dan tunjukkan kepada kami jalan-jalan keselamatan. Selamatkan kami dari kegelapan kepada cahaya. Jauhkan kami dari kejelekan yang tampak dan tersembunyi.
Ya Allah, ridhoilah dan berkatilah pendengaran kami, penglihatan kami, ketaatan kami, hubungan kami, keturunan kami dan ampunilah kami. Jadikanlah kami termasuk golongan orang-orang mukmin.
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Amiin…
Friday, 2 October 2015
Jagoanku
Anakku seorang laki-laki yang aku beri nama Muhammad Ehsan Elt Kamil, nama yang panjang tapi ringan tuk diucapkan. Tidak seperti nama ayahnya, yang sangat berat untuk diucapkannya. Bukan sembarang nama yang aku berikan pada anakku, namanya adalah rasa syukurku atas kebaikan orang-orang disekitarku, istriku keluarga, teman, sahabat dan para guruku.
Muhammad Ehsan Elt Kamil yang artinya Pria baik yang sempurna. Dengan nama Muhammad kami berharap kelak anak kami mendapat syafaat dari Nabi Muhammad SAW, dengan nama Ehsan kami berharap anak kami memiliki akhlak yang baik, sifat, sikap yang baik dan menjadi contoh yang baik kelak buat adik-adiknya dan semoga menjadi contoh buat semua orang.
Elt Kamil adalah yang sempurna, semoga apa yang anak kami lakukan atau kerjakan akan mendapat hasil yang sempurna. Muhammad Kebaikan yang Sempurna, nama yang terinspirasi dari kebaikan-kebaikan seluruh keluarga, teman, sahabat dan guru. Kebaikan yang begitu sempurna, dengan tindakan mereka, kasih sayang mereka serta doa-doa mereka. Sehingga aku abadikan ke dalam nama anak pertamaku.
Elka adalah nama panggilan putra pertama kami, jagoanku. Kini sudah terlihat kejeniusan dan kecerdasannya, semua terkagum-kagum dibuatnya. Pertumbuhannya begitu pesat dan cepat, meski rambutnya sedikit lambat untuk tumbuh, hehe. Senyumnya yang manis, tatapannya yang tajam dan yang terpenting adalah kita dibuatnya selalu kangen dan gregetan.
Tapi akhir-akhir ini dia sering cemberut entah apa yang membuatnya seperti itu, mungkin karna kami sebagai orangtuanya sering tak mengajaknya pergi ke toko atau warung. Lucu dan aneh karena bayi yang baru berumur 3 bulan ini sudah bisa kesal, ngambek dengan memalingkan mukanya ketika kami baru datang dari toko atau warung. Dengan muka kesalnya, bibir cemberutnya membuat kami tertawa dan gregetan padanya, mirip banget dengan istriku yang cantik, itulah sekilas tentang jagoanku.
Isteriku
Ketika di jalan bersama dengan sejumlah perasaan, kembali wajahnya terbayang seperti hantu. Hm, cantiknya calon istriku. Sayangnya, waktu tidak berpihak kepadaku untuk lebih lama menikmatinya. Sekilas, menyelinap dedaunan kehidupan satu tahun lalu. Ketika tarbiyah menyentuh dan menanamkan ke hati sebuah tekad untuk menyempurnakan dia sebagai isteriku hidupku.
Aku yakin bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Bahwa rezeki akan datang meskipun kerja honorer yang kugeluti saat itu. Sungguh, kala itu kupikir hanya wanita liar biasa saja yang mau menerimaku, seorang laki-laki tanpa harapan dan masa depan. kerja sebagai honorer dengan gaji yang jauh dari cukup dan tanpa orang tua yang mapan. Meski mempunyai selembar modal ijazah sarjana dan alhamdulillah aku bersyukur dengan dukungan dari keluarga besar untuk menanggung biaya-biaya operasional, semoga kedepan akan lebih baik.
Kehidupan harus terus berjalan. Kutarik segepok udara untuk mengisi paru-paruku. Kurasakan syukur mendalam, satu tahun ini istriku yang cantik dan sholehah menemaniku beserta anak laki-lakiku. Walau kerja sebagai honorer, kapalku terus berlayar dan berusaha menghadapi gelombang lika-liku kehidupan. Semoga esok lebih baik, harapan kami. Ternyata, memang benar Allah akan menjamin rezeki seorang yang menikah. Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tidak terduga.
Walaupun tetap semua janji itu muncul dengan sunatullah, kerja keras. Kerja keras itu terasa nikmat dengan doa dan dukungan seorang wanita yang rela, ikhlas menjadi istriku dan seorang anak yang mencoba memanggilku aayaaahh sambil tersenyum. Namun, aku tahu wajah cantik istriku mungkin akan memudar dengan segala kesibukannya sebagai Ibu Rumah Tangga, yang harus mempersiapkan makanan, mempersiapkan untuk anak kami Elka, belum lagi mengurusi tugas rumah tangga lainnya. Kelelahan seolah menggeser kecantikan dan kesegarannya.
Untunglah, saat aku pulang, ia bisa mengembalikan semua keceriaan itu dengan seulas senyum, yang menyelinap dibalik penat dan kelelahannya. Istriku cantik sekali, maafkan aku tak bisa menemanimu selalu. Namun, doa dan ridhaku selalu bersamamu. Ketika kalian punya anak maka doakanlah anak kalian, baca juga postingan tentang pentingnya mendoakan-anak, semoga kita bisa mengambil manfaatnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
Keris yang bersatu dengan Warangkanya melambangkan ajaran Curigo manjing Warongko, Warongko manjing Curigo, Jumbuhing Kawulo Gusti. Ini adal...