Sunday, 21 July 2019

IMPLEMENTASI GERAKAN DISIPLIN SEKOLAH ( GDS )


TEKNIS IMPLEMENTASI GERAKAN DISIPLIN SEKOLAH ( ETIKA BUDAYA SEKOLAH )

                         
I.  Prinsip GDS ( Etika Budaya Sekolah )
  1. Implementasi GDS ( Etika Budaya sekolah ) merupakan sebuah model  penerapan disiplin ,tata tertib Sekolah ) yang dapat dikembangkan/diperluas/disesuaikan dengan situasi kondisi tiap sekolah. 
  2. Penyusunan/penetapan rumusan implementasi GDS ( Etika Budaya Sekolah ) dilakukan secara terpadu, melibatkan stake holder sekolah  ( Kepala sekolah, guru, siswa, Wakil orang tua siswa, Komite ).
  3. Implementasi GDS ( Etika Budaya sekolah ) dalam penerapanya dapat diperluas/dikembangkan dalam bentuk kerjasama dengan fihak terkait seperti,  Pemerintahan Desa/Kecamatan, Polsek atau koramil setempat.
  4. Penegakan GDS ( Etika Budaya Sekolah ) menjadi tanggungjawab bersama dan bersifat  mekanisme sistem, atau tidak bersifat  personal individual dengan mengedepankan sosok/figur atau peajabat tertentu di sekolah.
II. Imprastruktur ( Sarana ) yang Dibutuhkan 
1.       Dokumen rumusan tata tertib sekolah yang mencakup Budaya Kerja, Budaya Bersih, Budaya Terib
2.       Dokumen rumusan bentuk bentuk pelanggaran ; budaya kerja, budaya bersih dan budaya tertib
3.       Dokumen rumusan bentuk penanganan kasus ( sanksi dan tindak lanjut )
4.       Buku catatan penanganan kasus
5.       Kartu/suarat bukti pelanggaran dan atau buku saku catatan poin pelanggaran
6.       Meja guru fiket pengendali penegakan GDS
7.       Center information audio dan  CCTV


III. Tahapan Implentasi GDS ( Etika Budaya Sekolah )
A.      Tahap Pra Implementasi
1.       Sekolah menyusun/mereview rumusan ( tata tertib yang sudah ada ), dengan melibatkan stakeholder sekolah ( Kepala sekolah, guru, wakil siswa/MPK,  komite sekolah dan wakil orang tua siswa dari kelas VII, VIII dan IX )
2.       Membuat kartu/mereview kartu/surat bukti pelanggaran, buku  poin catatan pelanggaran
Dan buku catatan penanganan kasus ( yang sudah ada )
3.       Menyiapkan meja/tempat guru fiket yang dilangkapi dengan center information audio dan
Atau CCTV
4.       Melakukan launching dan atau sosialisasi implementasi GDS ( Etika Budaya Sekolah ) yang disaksikan ( dihadiri ) komite sekolah dan wakil orang tua siswa ( pada momentum Upacara Bendera atau dikondisikan pada kesempatan/situasi  lain, dilengkapi  berita acara dan dafar Hadir yang bersangkutan.
5.       Pemasangan  dokumen rumusan tata tertib sekolah di tempat strategis ( ruang Kepala sekolah, ruang guru, meja guru fiketbdan disetiap ruangan kelas )
6.       Melakukan uji coba penerapan GDS ( Etika Budaya sekolah ) selama 1 pekan sambil merevisi kekurangan/kelemahan.

B.      Tahap Implementasi
1.       Guru fiket memulai implementasi GDS ( Etika Budaya Sekolah ) dengan mendistribusikan berupa kartu/surat bukti pelanggaran, dan daftar absensi harian  kepada para koordinator fiket GDS setiap kelas.
2.       Koordinator fiket GDS kelas diambil ( berdasarkan ) daftar fiket harian disetiap kelas yang bergilir tiap minggu/pekan berdasarkan no urut daftar fiket harian di kelas masing masing.
3.       Petugas fiket GDS kelas mempunyai tugas berupa :
a.       Menulis daftar absen siswa/temanya di kelas
b.      Mencatat pelaku pelanggaran GDS di kelasnya pada kartu / surat buktim pelanggaran
c.       Menyerahkan/melaporkan  suart bukti pelanggaran / daftar absensi pada guru fiket pa-
da saat jam istirahat  atau saat menjelang pulang ( tergantung keputusan sekolah )
4.       Guru fiket mencatat semua data tentang pelaku pelanggaran ( kasus ) dari masing masing petugas fiket GDS kelas pada buku catatan penanganan kasus dan membuat rekap hariannya
5.       Guru atau guru fiket memproses semua kasus pelanggaran yang terjadi pada hari tersebut
sesuai dengan mekanisme sistem yang berlaku.
6.       Setiap akhir pekan / hari sabtu pembina OSIS / Wakasek Kesiswaan merekap semua kasus
Pelanggaran yang terjadi untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku
7.       Hasil rekap catatan GDS mingguan ( satu pekan ) disampaikan/diumumkan pada hari Senin  ( Momentum Upacara Bendera ) dengan disertai reward bagi kelas yang tidak/paling sedikit Kasus pelanggaran GDS atau Funishmen ( hukuman ) bagi kelas yang paling banyak terjadi kasus pelanggaran GDS nya.
8.       Untuk hari  atau minggu/pekan berikutnya, berlaku giliran bagi petugas fiket GDS sesuai   dengan nomor urut daftar fiket harian di kelasnya, dengan tugas dan fungsi petugas GDS   seperti tersebut diatas.

Saturday, 13 July 2019

Jenis-jenis Burung Pelatuk yang Cerdas

Haay guys, salam kicau mania, postingan kali ini untuk memenuhi permintaan kawan saya untuk mengunggah jenis burung-burung pelatuk yang ada di Indonesia, 

Berikut ini saya sajikan nama-nama dan deskripsi ringkas beberapa jenis burung dari ordo Piciformes ini.

Burung yang menurut penelitian ilmuwan Kanada Dr. Louis Lefebvre sebagai salah satu burung cerdas ini bisa ditemukan di seluruh dunia dan termasuk sejumlah spesies, biasanya berjumlah 218 (termasuk pelatuk paruh gading).

Beberapa burung pelatuk dalam ordo Piciformes memiliki kaki zigodaktil, dengan 2 jari kaki mengarah ke depan, dan 2 lainnya ke belakang. Kaki-kaki itu, meski beradaptasi untuk berpegangan di permukaan vertikal, bisa digunakan untuk menggenggam atau bertengger. Beberapa spesies hanya memiliki 3 jari kaki. Lidah panjang yang ditemukan pada beberapa burung pelatuk dapat dijulurkan keluar untuk menangkap serangga.

Burung pelatuk sebagaimana dikutip dari wikipedia.org mendapatkan namanya dari kebiasaan beberapa speiesnya menyadap dan mematuk batang pohon dengan paruhnya. Ini adalah alat komunikasi kepemilikan daerah melalui sinyal kepada saingan-saingannya, dan cara mencari dan menemukan larva serangga di bawah kulit kayu atau terowongan berliku nan panjang di pohon.

Mula-mula, burung pelatuk mencari terowongan dengan menyadap batang. Begitu terowongan itu ditemukan, burung pelatuk memahat kayu sampai menciptakan pembukaan ke terowongan. Lalu menjulurkan lidahnya ke terowongan untuk mencoba mencari tempayak. Lidah burung pelatuk panjang dan berujung kait. Dengan lidahnya burung pelatuk menusuk tempayak dan menariknya keluar batang.

Burung pelatuk juga menggunakan paruhnya untuk membuat lubang yang lebih besar sebagai sarangnya sekitar 15-45 cm (6-18 inchi) di bawah permukaan yang dibuka. Sarang-sarang itu hanya dilapisi dengan keping-keping kayu dan menyimpan 2-8 telur putih yang dikeluarkan betinanya. Karena di luar jangkauan penglihatan, sarang ini tidak terlihat pemangsa dan telurnya tidak perlu dikamuflase. Rongga yang dibuat oleh burung pelatuk juga digunakan kembali sebagai sarang oleh burung-burung lain, seperti beberapa bebek dan burung hantu, dan mamalia, seperti tupai pohon.


Burung cerdas
Pada Februari 2005 ilmuwan Kanada Dr. Louis Lefebvre mengumumkan cara mengukur IQ hewan dalam hal inovasi mereka dalam kebiasaan memberi makan. Burung pelatuk tercatat di antara burung paling cerdas menurut skala ini.
Burung pelatuk yang dapat mematuk hingga dua puluh kali tiap detik mengilhami ini Walter Lantz menciptakan tokoh kartun Woody Woodpecker.


Burung pelatuk di Indonesia:
Berikut ini adalah Nama dan jenis-jenis burung pelatuk sebagaimana disebutkan John MacKinnon dalam buku Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan:

  1. Tukik belang (Picumnus innominatus). Kecil; jantan: ada dua garis puih di kepala; berjari tiga. Betina: dahinya tidak jingga.
  2. Tukik tikus (Sasia abnormis). Kecil; berjari tiga. Jantan: kecil; dahi keemasan; bagian bawah jingga. Betina: dahinya berwarna sama dengan bagian bawah.
  3. Pelatuk kijang (Celeus brachyurus). Jantan: berparuh hitam; bagian atas coklat bergaris melintang hitam. Pada betina tidak terdapat bercak merah pada pipi.
  4. Pelatuk besi (Dinopium javanense). Jantan: mahkota dan jambul benwarna merah; mantel keemasan; setrip malar hitam tebal; jari tiga. Betina: mahkota hitam bersetrip putih.
  5. Pelatuk Raffles (Dinopium raflessi). Punggung hijau; kepala bersetrip; berbintik putih pada sisi lambung.
  6. Caladi batu (Meiglyotes tristis). Berukuran kecil. Jantan: bergaris melintang hitam: tunggir berwarna kuning tua. Betina: sedikit setrip malar merah.
  7. Caladi badok (Meiglyotes tukki). Jantan: bulu utama bergaris-garis melintang; kepala coklat; mempunyai bercak pada lehernya yang kuning tua: tenggorokan hitam bergaris-garis. Betina: tanpa warna merah.
  8. Pelatuk ayam (Dryocopus javensis). Berukuran besar; bagian atas hitam, bagian bawah putih. Betina: tanpa warna merah.
  9. Caladi ulam (Dendrocopus macei). Jantan: berwajah putih; dada kekuningan tua, bergaris-garis hitam; tunggir merah. Betina: warna merah tidak ada.
  10. Caladi belacan (Dendrocopus canicapillus). Jantan: topi abu-abu; wajah bersetrip; dada kuning kemerahan; bagian bawah bergaris menmanjang. Betina: tidak ada warna merah.
  11. Caladi tilik (Picoides moluccensis). Jantan: topi coklat; bagian bawah putih bercoret-coret. Betina: tidak ada warna merah.
  12. Caladi tikotok (Hemicircus concretus). Jantan: berukuran kecil; berjambul; dahi merah: berhiaskan sisik hitam: tunggir putih. Betina: tanpa warna merah.
  13. Pelatuk pangkas (Blythipicus rubiginosus). Jantan: paruh gading: tengkuk merah: punggung merah padam tua. Betina: sedikit warna merah; sayapnya bergaris-garis keabu—abuan pucat.
  14. Pelatuk hijau (Picus vittatus). Jantan: topi merah; pipi kebiruan; tunggir kuning; bagian bawahnya berhiaskan sisik hijau zaitun. Betina: mempunyai mahkota hitam.
  15. Pelatuk muka-kelabu (Picus canus). Muka abu-abu; tengkuk hitam; bagian atas merah padam; tunggir jingga. Mahkota pada jantan merah dan pada betina hitam.
  16. Pelatuk kuduk-kuning (Picus flavnuca). Tidak ada warna merah; jambul dan tenggorokan kuning; sayap coklat bergaris hitam. Betina mempunyai daerah malar lebih suram dan tenggorokannya lebih bercoret.
  17. Pelatuk sayap-merah (Picus punnicus). Sayap merah padam; tenggorokan kuning; bergaris tidak jelas pada sisi lambung. Betina: tanpa setrip malar merah, mahkota merah padam, dan jambul kuning.
  18. Pelatuk jambul-kuning (Picus Chlorolophus). Dahi merah: setrip malar merah dan putih; jambul kuning; sisi lambung bergaris putih. Betina: dahi dan setrip malarnya sedikir merah.
  19. Pelatuk kumis-kelabu (Picus mentalis). Jantan: berkerah coklat berangan; berjambul kuning; sayap merah; tenggorokan bercorak papan carur. Betina: mempunyai daerah malar berwarna coklat.
  20. Pelatuk merah (Picus miniaceus). Muka berwarna merah karat; jambul kuning; sayap merah; bagian bawah bergaris. Betina: pada sisi wajahnya berwarna merah.
  21. Pelatuk kelabu-besar (Mulleripicus pulcerulentus). Berukuran besar; bulu utama abu-abu. Betina: tanpa bercak merah.
  22. Pelatuk kundang (Reinwardtipicus validus). Jantan: jambul dan bagian bawah berwarna merah; punggung jingga. Betina: kepala dan bagian bawah berwarna coklat; punggung berwarna krem.
  23. Pelatuk tunggir-emas (Chrysocolaptes ludicus). Kepala bersetrip; terdapat dua setrip malar hitam yang sempit; punggung keemasan. Jantan: mahkota dan jambul merah. Betina: mahkota hitam dengan bintik putih. (a) Cl. strictus (Jawa Timur dan Bali): betina mempunyao topi kekuningan.
Terimakasih sudah mampir di blog yang sederhana ini, semoga informasi ini Bermanfaat dan kita lebih tahu lagi tentang dunia hewan terutama Burung pelatuk, see you..