Sunday, 3 September 2017

Memaknai Keris Pusaka

Ilmu keris adalah ilmu lambang. Mengerti dan memahami bahasa lambang mengandalkan kepekaan rasa (sense) bukan hanya sekedar kemampuan intelektual.

Keris menjadi pusaka karena makna lambang-lambang dalam keris itu, jika dihayati dan diamalkan maka akan menjadi Laku Tirakat yang akan menuntun pembuatnya (empu/sosok seniman spiritualis) dan pemilik pusakanya untuk hidup secara benar, baik dan seimbang.

Laku tirakat yang dijalankan pria jawa dewasa dalam kehidupan sehari-hari menandakan bahwa mereka sudah siap memegang pusaka, sudah siap sedia menjalani segala cobaan dan permasalahan dalam hidup. Ini tergambar dalam bentuk bilah keris lurus yang melambangkan kelurusan niat, keteguhan hati, dan keimanan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Juga tergambar dalam bilah keris luk yang melambangkan keluwesan, kebijaksanaan, dan tetap semangat dalam perjuangan hidup.

Dalam tradisi budaya Jawa ada sebuah pemahaman :“Bapa (wong tuwa) tapa, anak nampa, putu nemu, buyut katut, canggah kesrambah, mareng kegandeng, uthek-uthek gantung siwur misuwur”. Jika orang tua berlaku tirakat maka hasilnya tidak hanya dirasakan olehnya sendiri dan anak-anaknya melainkan hingga semua keturunannya. Demikian juga sebaliknya.

Oleh karena itu manusia Jawa diajak untuk selalu hidup prihatin, hidup “eling lan waspada”, hidup penuh laku dan berharap. Demikian sekilas tentang filosofi dan makna keris bagi orang jawa.

Saturday, 2 September 2017

Makna Simbolisasi Keris dan Lambang Ricikannya

Keris yang bersatu dengan Warangkanya melambangkan ajaran Curigo manjing Warongko, Warongko manjing Curigo, Jumbuhing Kawulo Gusti. Ini adalah ajaran kejawen bahwa manusia harus selalu selaras dan bahkan bersatu dengan kehendak Tuhan. Berupaya selalu mengejawantahkan sifat-sifat Ilahi dalam kehidupannya.

Memayu hayuning bawono.
Perpaduan antara Pesi ( lingga ) dan Gonjo ( yoni) melambangkan bahwa dalam kehidupan ini segala sesuatu selalu berpasangan yang akan menghasilkan kelestarian dan kemakmuran. Bilah keris yang runcing ke atas melambangkan manusia harus manembah pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Adapun makna simbolisasi ricikan keris adalah sebagai berikut:

Adha-adha / Sada :
Garis tengah dari atas sogokan menuju ke ujung keris adalah peringatan agar manusia dalam bertindak harus selalu berhati-hati, lurus, harmonis dan seimbang.

Lis atau Gusen :
Merupakan penggambaran hawa nafsu.

Bungkul :
Lambang tekad yang sudah bulat.Tekad untuk menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik atau tekad untuk mencari ilmu yang bermanfaat.

Pejetan / Blumbangan :
Dalam kebulatan tekad itu, manusia juga harus memiliki landasan batin yang luas yaitu kesabarandan kesediaan untuk memaafkan kesalahan orang lain dan dirinya sendiri.

Janur :
Terletak di antara Sogokan melambangkan nasehat agar manusia mesti bersifat toleran, luwesdan tidak kaku.

Greneng :
Berbentuk dua huruf Jawa "dha" yang bisa dibaca"dhadha" bisa diartikan kejujuran / keterbukaan.

Thingil :
Adalah gambaran agar manusia itu mesti rendah hati dan tak suka pamer. Bila memiliki kelebihan , seharusnya tak perlu ditonjol-tonjolkan.

Sogokan :
Bermakna agar seseorang selalu ingin mengetahui tentang kebenaran sejati sampai sedalam dalamnya. Jadi manusia diharuskan untuk mengungkapkan tentang kebenaran, bukan hanya sekadar tahu sebatas kulit luarnya saja.

Tikel alis :
Sebagai lambang kewaspadaan.

Sekar kacang (kembang kacang / tlale gajah) :
Merupakan imbauan agar manusia selalu rendah hati.

Gandhik :
Lambang kapasrahan kepada Tuhan yang Maha Esa. Bentuk Gandhik yang agak miring merupakan lambang ketundukan hati terhadap Sang Pencipta.

Lambe Gajah :
Bermakna agar manusia hati hati dalam berbicara.Selalu menjaga tutur kata yg baik baik agar selamat dan manfaat.

Sirah Cecak :
Lambang kesediaan menerima nasihat.

Gulu Meled :
Melambangkan seseorang harus memiliki perhatianyang seksama pada hikmah dan nasehat.

Buntut Urang :
Setelah menerima semua nasihat itu, yang bersangkutan akan mengikuti semua nasihat gurunya itu.

Sebit Rontal :
Melambangkan pengamalan ilmu dan nasehat utama tadi. Pada dasarnya, ricikan keris merupakan lambang-lambang pengharapan dan doa oleh empu yang membuatnya dan bagi orang yang akan memiliki keris nya.

Mengenal Nama-nama dalam Ricikan Keris

Nama-nama dalam ricikan keris :

1. Pesi, yaitu tangkai keris yang masuk ke dalam pegangan atau ukir.

2. Ganja, yaitu dasar bilah keris yang tebal. Ganja dapat menyatu atau terpisah dengan bilah.

3. Buntut Mimi, merupakan bentuk meruncing padaujung ganja.

4. Greneng, yaitu ornamen berbentuk huruf Jawa Dha (seperti huruf W ) yang berderet.

5. Thingil, yaitu tonjolan kecil pada grenelig atau pada dasar huruf Jawa Dha.

6. Ri pandhan, yaitu bentuk ujung yang meruncing menyerupai duri pada huruf Jawa Dha.

7. Ron Dha, yaitu ornamen pada huruf Jawa Dha.

8. Sraweyan, yaitu dataran yang merendah di belakang sogogwi, di atas ganja.

9. Bungkul, bentuknya seperti bawang, terletak di tengah-tengah dasar bilah dan di atas ganja.

10. Pejetan, bentuknya seperti bekas pijatan ibu jari yang terletak di belakang gandik.

11. Lambe Gajah, bentuknya menyerupai bibir gajah.Ada yang rangkap dan Ietaknya menempel pada gandik.

12. Gandik, berbentuk penebalan agak bulat yang memanjang dan terletak di atas sirah cecak atau ujung ganja.

13. Kembang Kacang, menyerupai belalai gajah dan terletak di gandik bagian atas.

14. Jalen, menyerupai taji ayam jago yang menempel di gandik.

15. Tikel Alis, terietak di atas pejetan dan bentuknya rnirip alis mata.

16. Janur, bentuk lingir di antara dua sogokan.

17. Sogokan depan, bentuk alur dan merupakan kepanjangan dari pejetan.

18. Sogokan belakang, bentuk alur yang terletak pada bagian belakang.

19. Pudhak sategal, yaitu sepasang bentuk menajam yang keluar dari bilah bagian kiri dan kanan.

20. Poyuhan, bentuk yang menebal di ujung sogokan.

21. Landep, yaitu bagian yang tajam pada bilah keris.

22. Gusen, terletak di be!akang landep, bentuknya memanjang dari sor-soran sampai pucuk.

23. Gula Milir, bentuk yang meninggi di antara gusen dan kruwingan.

24. Kruwingan, dataran yang terietak di kiri dan kanan adha-adha.

25. Adha-adha, penebalan pada pertengahan bilah dari bawah sampal ke atas.