Ilmu keris adalah ilmu lambang. Mengerti dan memahami bahasa lambang mengandalkan kepekaan rasa (sense) bukan hanya sekedar kemampuan intelektual.
Keris menjadi pusaka karena makna lambang-lambang dalam keris itu, jika dihayati dan diamalkan maka akan menjadi Laku Tirakat yang akan menuntun pembuatnya (empu/sosok seniman spiritualis) dan pemilik pusakanya untuk hidup secara benar, baik dan seimbang.
Laku tirakat yang dijalankan pria jawa dewasa dalam kehidupan sehari-hari menandakan bahwa mereka sudah siap memegang pusaka, sudah siap sedia menjalani segala cobaan dan permasalahan dalam hidup. Ini tergambar dalam bentuk bilah keris lurus yang melambangkan kelurusan niat, keteguhan hati, dan keimanan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Juga tergambar dalam bilah keris luk yang melambangkan keluwesan, kebijaksanaan, dan tetap semangat dalam perjuangan hidup.
Dalam tradisi budaya Jawa ada sebuah pemahaman :“Bapa (wong tuwa) tapa, anak nampa, putu nemu, buyut katut, canggah kesrambah, mareng kegandeng, uthek-uthek gantung siwur misuwur”. Jika orang tua berlaku tirakat maka hasilnya tidak hanya dirasakan olehnya sendiri dan anak-anaknya melainkan hingga semua keturunannya. Demikian juga sebaliknya.
Oleh karena itu manusia Jawa diajak untuk selalu hidup prihatin, hidup “eling lan waspada”, hidup penuh laku dan berharap. Demikian sekilas tentang filosofi dan makna keris bagi orang jawa.
daftar sabung ayam
ReplyDelete