Thursday, 8 August 2019

Keris dan Psikologis, Id, Ego dan Super Ego

Empu-empu kita ternyata juga ahli psikoanalisa. Entah ini cuma suatu kebetulan, atau para empu kita dulu dalam berkarya memang telah memikirkan jauh, akan muatan-muatan kejiwaan di dalam karyanya.
 
Psikoanalisa Keris.
Psikoanalisa yang memiliki teori, bahwa kejiwaan manusia terbagi menjadi tiga, yaitu id, ego dan super ego. Id yang berada di alam bawah sadar manusia, memberikan dorongan – dorongan nafsu liar. Nafsu primitif tersebut sangat explosif, selalu minta untuk tersalurkan, yang paling menonjol adalah libido seksual. Ego sendiri merupakan sisi kejiwaan yang mampu mengerem laju nafsu liar tersebut, ego menjembatani antara id dan super ego. Sedangkan Super ego adalah sisi kejiwaan individu yang mana di dalamnya terkandung unsur-unsur moralitas. Unsur-unsur tersebut seperti halnya sopan santun, spiritual, agama, aktualisasi diri dan semua hal yang mengandung kebaikan secara sosial ataupun transendental. Bahan keris yang terdiri baja, besi dan pamor dapat dibaca atau diterjemahkan seperti halnya id, ego dan super ego.
Baja yang memiliki karakter keras, tajam, mudah patah dan terletak paling dalam pada bilah keris mewakili sifat-sifat yang terkandung dalam id, yang terletak di alam bawah sadar manusia. Bahaya dan sangat mencelakakan akan ditimbulkan oleh id dalam hal ini adalah baja. Pada keris besi terletak di lapisan luar baja, besi memiliki kelenturan berfungsi sebagai tempat menempelnya baja dan pamor, dapat di artikan sebagai ego. Pamor yang bersifat lebih tahan dari karat, menancap pada lapisan besi, nampak di permukaan bilah memperindah tampilan sebuah keris. Sehingga pamor dapat di baca sebagai perwujudan super ego manusia.

Contoh Pertarungan Antara Id, Ego, dan Superego

Contoh kasus : Kita menemukan uang 100 ribu di jalan dan pada saat itu jalanan sedang kosong. Lalu, kita membayangkan dengan uang 100 ribu tersebut, kita bisa membeli makanan enak dan sebagainya (Id).

Lalu, kita teringat sebuah pesan, jika kita mengambil uang yang bukan hak kita, maka berdosa. Sesungguhnya Tuhan Maha Melihat (Superego). Disinilah terjadi pertarungan / pertentangan. Id mengatakan ambil saja uangnya. Sedangkan Superego mengatakan jangan ambil uangnya. Disinilah tugas kita (Ego). Kita sudah diberi gambaran oleh Id dan Superego. Selanjutnya tinggal kita yang menentukan.....

Apakah ingin mengikuti Id atau Superego ??

Sunday, 4 August 2019

Cara Membedakan Cupang Jantan Dan Betina

Cara membedakan ikan cupang jantan dan betina sangatlah mudah, namun bagi anda yang masih newbie/baru dalam mengetahui cara membedakan ikan cupang jantan dan betina anda dapat melihat Dibawah ini :

Cara membedakan ikan cupang hias jantan dan betina adalah sebagai berikut :

Cupang jantan
– Gerakannya lincah
– Tubuhnya langsing
– ekornya panjang dan mekar indah jika di dekatkan pada cupang lain
– Warna tubuhnya menarik biasanya memiliki warna yang lenih cerah dari betina

Cupang Betina
– Tubuhnya gempal
– Pergerakannya lamban
– Ada titik putih pada perut nya
– Warnanya agak kusam/kurang menarik beranjak dewasa terdapat garis-garis putih pada perutnya
– Memiliki sirip-sirip dan dasi lebih pendek dari pada jantannya pada umur yang sama.

Sunday, 21 July 2019

IMPLEMENTASI GERAKAN DISIPLIN SEKOLAH ( GDS )


TEKNIS IMPLEMENTASI GERAKAN DISIPLIN SEKOLAH ( ETIKA BUDAYA SEKOLAH )

                         
I.  Prinsip GDS ( Etika Budaya Sekolah )
  1. Implementasi GDS ( Etika Budaya sekolah ) merupakan sebuah model  penerapan disiplin ,tata tertib Sekolah ) yang dapat dikembangkan/diperluas/disesuaikan dengan situasi kondisi tiap sekolah. 
  2. Penyusunan/penetapan rumusan implementasi GDS ( Etika Budaya Sekolah ) dilakukan secara terpadu, melibatkan stake holder sekolah  ( Kepala sekolah, guru, siswa, Wakil orang tua siswa, Komite ).
  3. Implementasi GDS ( Etika Budaya sekolah ) dalam penerapanya dapat diperluas/dikembangkan dalam bentuk kerjasama dengan fihak terkait seperti,  Pemerintahan Desa/Kecamatan, Polsek atau koramil setempat.
  4. Penegakan GDS ( Etika Budaya Sekolah ) menjadi tanggungjawab bersama dan bersifat  mekanisme sistem, atau tidak bersifat  personal individual dengan mengedepankan sosok/figur atau peajabat tertentu di sekolah.
II. Imprastruktur ( Sarana ) yang Dibutuhkan 
1.       Dokumen rumusan tata tertib sekolah yang mencakup Budaya Kerja, Budaya Bersih, Budaya Terib
2.       Dokumen rumusan bentuk bentuk pelanggaran ; budaya kerja, budaya bersih dan budaya tertib
3.       Dokumen rumusan bentuk penanganan kasus ( sanksi dan tindak lanjut )
4.       Buku catatan penanganan kasus
5.       Kartu/suarat bukti pelanggaran dan atau buku saku catatan poin pelanggaran
6.       Meja guru fiket pengendali penegakan GDS
7.       Center information audio dan  CCTV


III. Tahapan Implentasi GDS ( Etika Budaya Sekolah )
A.      Tahap Pra Implementasi
1.       Sekolah menyusun/mereview rumusan ( tata tertib yang sudah ada ), dengan melibatkan stakeholder sekolah ( Kepala sekolah, guru, wakil siswa/MPK,  komite sekolah dan wakil orang tua siswa dari kelas VII, VIII dan IX )
2.       Membuat kartu/mereview kartu/surat bukti pelanggaran, buku  poin catatan pelanggaran
Dan buku catatan penanganan kasus ( yang sudah ada )
3.       Menyiapkan meja/tempat guru fiket yang dilangkapi dengan center information audio dan
Atau CCTV
4.       Melakukan launching dan atau sosialisasi implementasi GDS ( Etika Budaya Sekolah ) yang disaksikan ( dihadiri ) komite sekolah dan wakil orang tua siswa ( pada momentum Upacara Bendera atau dikondisikan pada kesempatan/situasi  lain, dilengkapi  berita acara dan dafar Hadir yang bersangkutan.
5.       Pemasangan  dokumen rumusan tata tertib sekolah di tempat strategis ( ruang Kepala sekolah, ruang guru, meja guru fiketbdan disetiap ruangan kelas )
6.       Melakukan uji coba penerapan GDS ( Etika Budaya sekolah ) selama 1 pekan sambil merevisi kekurangan/kelemahan.

B.      Tahap Implementasi
1.       Guru fiket memulai implementasi GDS ( Etika Budaya Sekolah ) dengan mendistribusikan berupa kartu/surat bukti pelanggaran, dan daftar absensi harian  kepada para koordinator fiket GDS setiap kelas.
2.       Koordinator fiket GDS kelas diambil ( berdasarkan ) daftar fiket harian disetiap kelas yang bergilir tiap minggu/pekan berdasarkan no urut daftar fiket harian di kelas masing masing.
3.       Petugas fiket GDS kelas mempunyai tugas berupa :
a.       Menulis daftar absen siswa/temanya di kelas
b.      Mencatat pelaku pelanggaran GDS di kelasnya pada kartu / surat buktim pelanggaran
c.       Menyerahkan/melaporkan  suart bukti pelanggaran / daftar absensi pada guru fiket pa-
da saat jam istirahat  atau saat menjelang pulang ( tergantung keputusan sekolah )
4.       Guru fiket mencatat semua data tentang pelaku pelanggaran ( kasus ) dari masing masing petugas fiket GDS kelas pada buku catatan penanganan kasus dan membuat rekap hariannya
5.       Guru atau guru fiket memproses semua kasus pelanggaran yang terjadi pada hari tersebut
sesuai dengan mekanisme sistem yang berlaku.
6.       Setiap akhir pekan / hari sabtu pembina OSIS / Wakasek Kesiswaan merekap semua kasus
Pelanggaran yang terjadi untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku
7.       Hasil rekap catatan GDS mingguan ( satu pekan ) disampaikan/diumumkan pada hari Senin  ( Momentum Upacara Bendera ) dengan disertai reward bagi kelas yang tidak/paling sedikit Kasus pelanggaran GDS atau Funishmen ( hukuman ) bagi kelas yang paling banyak terjadi kasus pelanggaran GDS nya.
8.       Untuk hari  atau minggu/pekan berikutnya, berlaku giliran bagi petugas fiket GDS sesuai   dengan nomor urut daftar fiket harian di kelasnya, dengan tugas dan fungsi petugas GDS   seperti tersebut diatas.