Wednesday, 25 September 2019

BAB HIMPUNAN MATEMATIKA KELAS VII

Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan jelas. Benda atau objek dalam himpunan disebut elemen atau anggota himpunan. Dari defi nisi tersebut, dapat diketahui objek yang termasuk anggota himpunan atau bukan.

Contoh himpunan:
• Himpunan warna lampu lalu lintas, anggota himpunannya adalah merah, kuning, dan hijau.
• Himpunan bilangan prima kurang dari 10, anggota himpunannya adalah 2, 3, 5, dan 7.

Contoh bukan himpunan:
• Kumpulan baju-baju bagus.
• Kumpulan makanan enak.

Notasi himpunan dilambangkan menggunakan huruf kapital (A, B, …). Benda atau objek yang termasuk dalam himpunan tersebut ditulis di antara tanda kurung kurawal {...}. Anggota suatu himpunan dinotasikan dengan ∈, sedangkan yang bukan anggota himpunan dinotasikan dengan ∉.

Banyak anggota suatu himpunan dinyatakan dengan n.
Contoh:
A adalah himpunan bilangan positif kurang dari 5.
Anggota himpunan bilangan positif kurang dari 5 adalah 1, 2, 3, dan 4.
Jadi, A = {1, 2, 3, 4} dan n(A) = 4.

Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota. Notasi himpunan kosong adalah { } atau ΓΈ.
Contoh:
N adalah himpunan bilangan negatif yang lebih besar dari nol. N dalam notasi himpunan adalah
N = { } karena semua bilangan negatif kurang dari nol.

Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota atau objek himpunan yang dibicarakan. Notasi himpunan semesta adalah S.

Contoh:
Misalkan, himpunan P = {2, 3, 5, 7}. Himpunan semesta yang mungkin dari P adalah
S = {bilangan cacah} atau S = {bilangan prima}.

Wednesday, 4 September 2019

Contoh Administrasi TUB SMP / MTs SMA/MA dan Sederajat

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    DASAR PEMIKIRAN
Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi generasi muda agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggungjawab.
Kegiatan upacara bendera merupakan salah satu upaya pendidikan yang dapat mencakup berbagai butir-butir tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Melalui kegiatan upacara bendera berbagai hal dapat dicapai, seperti sikap disiplin, kesegaran jasmani, keterampilan dalam berbaris, kemampuan memimpin, da pengembangan sifat bersedia dipimpin adalah merupakan hal-hal yang dapat diperoleh melalui kegiatan upacara.
Lebih jauh, mengenai upacara bendera diharapkan dapat mempertebal semangat kebangsaan, cinta tanah air, patriotisme dan idealisme, serta meningkatkan peran siswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dilihat dari kemanfaatan upacara bendera bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional, maka upacara bendera perlu diselenggarakan dengan sebaik-baiknya disekolah-sekolah, serta dibina secara terus-menerus penyelenggaraannya agar terselenggara dengan sempurna.
Selanjutnya para penyelenggara kegiatan perlu mengetahui serta menguasai tata upacara bendera, tata cara penggunaan, tata cara pengibaran bendera, dan tata cara penurunan bendera Sang Merah Putih, sehiongga penyelenggaraan upacara bendera dapat dilaksanakan dengan baik dan benar, sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

B.     PENGERTIAN
Upacara pengibaran bendera disekolah adalah kegiatan pengibaran/penurunan bendera kebangsaaan Republik Indonesia Sang Merah Putih, dilaksanakan pada saat-saat tertentu atau saat yang telah ditentukan, dihadiri siswa, aparat sekolah, deselenggarakan dengan tertib dan khidmat disekolah.
C.    LANDASAN HUKUM
  1. Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
  2. Undang - Undang No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
  3. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1958, tanggal 26 juni 1958; tentang Peraturan Bendera Kebangsaan.
  4. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1958, tentang Peraturan Penggunaan Lambang Negara.
  5. Peraturan pemerintah No. 44 Tahun 1958, tebntang Peraturan Lagu Kebangsaan.
  6. Interupsi Presiden Republik Indonesia No. 14 Tahun 1981, 1 Desember 1981 tentang Penyelenggaraan Upacara.
  7. Interupsi Presiden Republik Indonesia No. 6 tahun 2000, Tanggal 12 juki tahun 2000.
  8. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 34 Tahun 2006, tentang Pembinaan Prestasi Siswa Peserta Didik.
  9. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan.
  10. Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No. 11208/C/U/D/87 Tanggal 31 Oktober 1987, perihal Upacara Bendera.
  11. Permendikbud Nomor. 45 tahun 2014 tentang pakaian seragam sekolah.
  12. Peraturan pemerintah No. 28 Tahun 1990, tentang Pendidikan Dasar dan No. 29 Tahun 1990, teantang Pendidikan Menengah
  13. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 1098/U/1984 Tanggal 28 Juni 1984, tentang Pedoman Keprotokolan dai Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  14. Keputusan menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 046/U/1984 Tanggal 18 Oktober 1984, tentang Pembinaan Kesiswaan.
  15. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No. 26/kep/O/1992, Tanggal 27 Juni 1992, tentang Pedoman Pembinaan Kesiswaan.
  16. Keputusan Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah No. 9680/C 1/U/1988, Tanggal 7 November 1988, tentang Cara Pengucapan Pancasila oleh Pembina Upacara dan Peniruan oleh Peserta Upacara.
  17. Keputusan Direktur Pembinaan Kesiswaan No. 251/C8/1991, tentang Revisi Buku Petunjuk Pelaksanaan / Materi pembinaan kesiswaan.
  18. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
  19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2018 tentang Pedoman Upacara Bendera di sekolah.
  20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 45 Tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Sekolah Bagi Peserta Didik Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

D.    MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

1.      Maksud
Maksud diadakannya upacara pengibaran di sekolah adalah mengusahakan dan memantapkan pencapaian tujuan Pendidikan Nasional didalam pemantapan sekolah sebagai Wawasan Wiyata Mandala.

2.      Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan upacara bendera disekolah adalah :
a.       Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b.      Membiasakan sikap tertib dan disiplin.
c.       Meningkatkan kemampuan memimpin.
d.      Membiasakan kekompakan dan kerjasama.
e.       Menumbuhkan rasa tanggung jawab, dan
f.       Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

3.      Sasaran
Dalam LTUB, sasarannya terletak pada seluruh siswa, Guru dan Karyawan, serta pegawai sekolah lainnya dilingkungan SMP DARUSSALAF LEMAHABANG

                                                                          BAB II
RENCANA DAN TEKNIS UPACARA

A.    FORMULIR A
1.      Waktu dan Tempat
a.       Hari, tanggal         : Selasa, 03 September 2019
b.      Waktu                   : 07.30 - 08.30 WIB
c.       Tempat                  : Lapangan Upacara SMP DARUSSALAF LEMAHABANG
2.      Pejabat Upacara
a.       Pembina Upacara ( BinUp )                      :  Ade Hikmat S.Pd
b.      Pemimpin Upacara ( PinUp )                   : M. Reksyah Witarmuna
c.       Pengatur Upacara ( Tura )                         : Hairinnisa Salsabila
d.      Pembawa Acara                                        : Nurul Hikmah
3.      Petugas Upacara
a.       Pasukan Pengibar Bendera                       :
1.Gita Lestari
2. Rodiyah
3. Roudlotul Jannah
4. Lilils Fathiyah
5. Rijalul Fikri
6. Reza Arifatul Khoer
7. Nur Alvin Zakaria
b.      Pembawa Teks Pancasila / Ajudan           : Abdul Aziz
c.       Pembaca Teks Pemb. UUD 1945             : Fatichatus Sa’adah
d.      Pembaca Doa                                            : Ibnu Fajrun Nabil
e.       Pemimpin Lagu ( Dirigen )                       : Nur Amanah
f.       Kelompok Paduan Suara                          : .... Siswa ( Terlampir )
4.      Peserta Upacara
a.       Barisan 1                                                   : .... Siswa ( terlampir )
b.      Barisan 2                                                   : .... Siawa ( terlampir )
c.       Barisan 3                                                   : .... Siswa ( terlampir )
d.      Dewan Guru dan Staf                               : .... Orang ( terlampir )



5.      Susunan Acara Upacara
a.       Acara Persiapan
1.      Setiap pemimpin barisan menyiapkan barisannya.
2.      Pemimpin Upacara memasuki lapangan upacara.
3.      Penghormatan kepada pemimpin upacara
4.      Laporan tiap-tiap pemimpin barisan.
5.      Pemimpin upacara mengambil alih pimpinan (Non Protokol)
b.      Acara Pokok
1.      Pembina Upacara Memasuki lapangan upacara.
2.      Penghormatan Umum Kepada Pembina Upacara
3.      Laporan Pemimpin Upacara.
4.      Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya ( Hadirin Dimohon Berdiri ).
5.      Mengheningkan Cipta ( Hadirin Disilahkan Duduk Kembali ).
6.      Pembacaan Teks Pancasila
7.      Pembacaan Teks Pembukaan  Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
8.      Pembacaan Teks Janji Siswa.
9.      Amanat Pembina Upacara.
10.  Menyanyikan Lagu Wajib Nasional “ Dari Sabang Sampai Merauke “
11.  Pembacaan Doa.
12.  Laporan Pemimpin Upacara.
13.  Penghormatan Umum Kepada Pembina Upacara.
14.  Pembina Upacara Meninggalkan Lapangan Upacara.
c.       Acara Penutup
1.      Laporan Pengatur Upacara Kepada Pembina Upacara (Non Protokol).
2.      Pemimpin Upacara Menyerahkan Pimpinan, Dilanjutkan Penghormatan Kepada Pemimpin Upacara.
3.      Pemimpin Upacara Meninggalkan Lapangan Upacara.
4.      Upacara Selelsai, Dewan Guru dan Staf  Berkenan Menionggalkan Lapangan Upacara.
5.      Tiap - tiap Pemimpin Barisan Membubarkan Pasukannya.
d.      Acara Tambahan ( Jika ada, waktunya tidak terlalu lama ).
1.      Pengumuman-pengumuman
2.      Demonstrasi / keterampilan siswa.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pelaksanaan Tata Upacara Bendera berperan penting terutama dalam pendidikan. Oleh sebab itu Petunjuk Teknis Tata Upacara Bendera penting diadakan, diketahui dan ditetapkan dilingkungan sekolah maupun lembaga - lembaga lainnya meskipun antara daerah yang satu dengan yang lainnya banyak ketidakseragaman dalam pelaksanaan Tata Upacara Bendera.

B.     Saran - saran
Dalam penyusunan Administrasi LTUB Tingkat Kabupaten Cirebon ini, kami menyarankan kepada seluruh pihak terkait dalam pelasanaan LTUB agar dapat dan lebih memperhatikan tata Upacara Bendera baik dalam keadministrasian, pelatihan, pelaksanaan maupun manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. 
Lemahabang, 30 Agustus 2019


Pembina Upacara




.....................................................

Pengatur Upacra




.....................................................

  
BAB IV
LAMPIRAN - LAMPIRAN

A.    Denah Lapangan Upacara
B.     Susunan Acara Upacara
C.     Teks Lagu Indonesia Raya
D.    Teks Lagu Mengheningkan Cipta
E.     Teks Pancasila
F.      Teks Pembukaan UUD 1945
G.    Teks Janji Siswa
H.    Teks Amanat Pembina Upacara
I.       Teks Lagu Wajib Nasional “ Dari Sabang sampai Merauke “
J.       Teks Doa
K.    Daftar Nama Susunan Pejabat, Petugas dan Peserta Upacara
L.     Daftar Perlengkapan Upacara Lainnya
M.   Lampiran Permendikbud No. 45 tahun 2014

B. Susunan Acara Upacara
     Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih, Selasa, Lemahabang, 03 September 2019 Siap Dimulai.
a.      Acara Persiapan
1.    Setiap Pemimpin Barisan Menyiapkan Barisannya.
2.    Pemimpin Upacara Memasuki Lapangan Upacara.
3.    Penghormatan Kepada Pemimpin Upacara
4.    Laporan Pemimpin Barisan Kepada Pemimpin Upacara.
5.    Pemimpin Upacara Mengambil Alih Pimpinan.(Non Protokoler)
b.        Acara Pokok
1.        Pembina Upacara Memasuki Lapangan Upacara.
2.        Penghormatan Umum Kepada Pembina Upacara.
3.        Laporan Pemimpin Upacara
4.        Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya. ( Hadirin Dimohon Berdiri ).
5.        Mengheningkan Cipta ( Hadirin Disilahkan Duduk Kembali ).
6.        Pembacaan Teks Pancasila.
7.        Pembacaan Teks Pembukaan  Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
8.        Pembacaan Teks Janji Siswa
9.        Amanat Pembina Upacara.
10.    Menyanyikan Lagu Wajib Nasional “ Dari Sabang Sampai Merauke
11.    Pembacaan Doa.
12.    Laporan Pemimpin Upacara.
13.    Penghormatan Umum Kepada Pembina Upacara.
14.    Pembina Upacara Meninggalkan Lapangan Upacara.
c.       Acara Penutup
1.      Laporan Pengatur Upacara Kepada Pembina Upacara (Non Protokol).
2.      Pemimpin Upacara Menyerahkan Pimpinan, Dilanjutkan Penghormatan Kepada Pemimpin Upacara.
3.      Pemimpin Upacara Meninggalkan Lapangan Upacara.
4.      Upacara Selelsai, Dewan Guru dan Staf Berkenan Meninggalkan Lapangan Upacara.
5.      Tiap - tiap Pemimpin Barisan Membubarkan Barisannya.

Wednesday, 14 August 2019

Gerakan Pemuda JONG JAVA


Jong Java atau dalam bahasa Indonesianya Orang Jawa, mari kita bahas awal mula, asal muasal jong java indonesia :
a.    Trikoro Dharmo (Jong Java)
               Didirikan pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta. Anggotanya terdiri dari anak-anak sekolah menengah yang berasal dari Pulau Jawa dan Madura. Trikoro Dharmo berarti Tiga Tujuan Mulia, yakni sakti, budi, dan bakti. Tujuan organisasi Trikoro Dharmo adalah:
  • Menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya.
  • Memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan di anatara pemuda-pemuda Jawa,Sunda, Madura, Bali, dan Lombok.
  • Mempererat tali hubungan antara murid-murid bumiputra pada sekolah menengah dan perguruan kejuruan.
  • Membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan kebudayaan Hindia.

             Tikoro Dharmo diubah namanya menjadi Jong Java pada kongres pertama yang diselenggarakan pada tahun 1918.

b.    Jong Sumatranen Bond
                     Didirikan pada tanggal 9 Desember 1917. Dibentuk oleh para pelajar di Sumatera. Tujuan Jong Sumatranen Bond adalah:
·         Membangkitkan perhatian anggota anggotanya dan orang luar untuk menghargai adat istiadat, seni, bahasa, kerajinan, pertanian, dan sejarah Sumatera.
·         Mempererat ikatan persaudaraan antara pemuda pelajar Sumatera dan membangkitkan perasaan bahwa mereka dipanggil untuk menjadi pemimpin dan pendidik bangsanya.

c.    Perkumpulan Pemuda Daerah Lainnya
                        Berdirinya Jong Java dan Jong Sumatranen Bond menjadikan suku suku bangsa lainnya juga tidak mau ketinggalan. Mereka ikut mendirikan organisasi perkumpulan pemuda, antara lain Jong Ambon (1918), Jong Minahasa, Jong Celebes (1919), dan Pemuda Sunda atau Sekar Rukun (1920).

Perkembangan organisasi yang bersifat kedaerahan dan yang bersifat Nasional
A. Organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan
Lahir dan berkembangnya perkumpulan-perkumupulan atau organisasi-organisasi pemuda yang berasas kedaerahan merupakan hal yang wajar serta tidak mengherankan lagi. Pemuda-pemuda dari suatu daerah tentu saja merasa dirinya lebih dekat dan lebih akrab dengan pemuda-pemuda sesuku atau sedaerah dari pada dengan pemuda-pemuda yang berasal dari daerah atau suku lain.

 Pengertian nasionalisme Indonesia pada saat itu masih samar-samar, belum sejelas dan sekongkrit seperti sekarang. Kata Indonesia sendiri pada masa itu juga masih belum begitu dikenal seperti sekarang. Belum ada yang tahu dengan pasti wilayah mana dan mana batas-batas negeri yang disebut Indonesia. Semuanya itu masih samar-samar, masih belum sejelas dan sekonkrit sekarang. Oleh karena itu, maka tidaklah terlalu mengherankan jikalau perkumpulanperkumpulan atau organisasi-organisasi pemuda pada masa itu masih berasas kedaerahan. (Sagimun 1989:73).

 Adapun organisasi-organisasi pemuda yang berasas kedaerahan adalah sebagai berikut :

1.      Trikorodarmo yang kemudian menjadi Jong Java.
 Organisasi ini didirikan pada 7 Maret 1915 di Jakarta atas inisiatif para pemuda seperti Satiman, Kadarman, dan Sumardi. Organisasi ini merupakan organisasi pemuda pertama di Indonesia. Tri Koro Darmo berarti Tiga Tujuan Mulia, yaitu Sakti, Budi, dan Bakti. Tri Koro Darmo didirikan dan diresmikan di gedung STOVIA. Organisasi berawal dari anak-anak sekolah menengah dari Jawa Madura yang bersekolah di Jakarta. Pada tahun 1918, nama Tri Koro Darmo diganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) sehingga anggotanya terbuka bagi seluruh pemuda Jawa termasuk dari Jawa Barat. Organisasi ini mempunyai asas dan tujuan, yaitu:
  1. Menimbulkan pertalian diantara murid-murid bumiputera dan sekolah-sekolah menengah dan kursus-kursus kejuruan.
  2. Menambah pengetahuan umum bagi anggotanya.
  3. Membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan kebudayaan Hindia (Indonesia). (Sudiyo 2002:46).
Tri Koro Darmo atau Jong Java mulai maju serta berkembang. Perkumpulan atau organisasi pemuda ini dengan cepat mempunyai cabangcabangnya diberbagai kota besar pulau Jawa. Anggota-anggota Jong Java adalah pemuda-pemuda pelajar yang berasal dari daerah Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok. Jadi Jong Java berusaha membina persatuan dan persaudaraan JawaRaya melalui suatu ikatan dikalangan pemuda-pemuda pelajar yang disebut Jawa Raya, yakni daerah Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok. Daerah-daerah tersebut memang meiliki kebudayaan yang sama yang disebut dengan “ HindoeJavaansch Cultuur”. Artinya kebudayaan Hindu-Jawa. (Sagimun 1989:78 ).
Tujuan lain dibentuknya Jong Java berusaha memajukkan anggotaanggotanya serta menimbulkan rasa cinta terhadap bahasa dan kebudayaan sendiri. Kegiatan utama Jong Java adalah dibidang kebudayaan dan kesenian. Jong Java merupakan perkumpulan atau organisasi pemuda yang tidak mencampuri urusan politik dan tidak melakukan kegiatan-kegiatan atau propaganda politik. Mereka sangat hati-hati dan tidak cepat bergerak kearah politik. Namun derasnya pergerakan politik yang terjadi di Batavia tentang gerakan kebangsaan Indonesia. Maka Jong Java tidak bisa menghindari pengaruh pergerakan politik yang bergejolak itu. 
Tujuan ini adalah untuk mencapai Jawa-Raya, dengan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda Jawa, SUnda, Madura, Bali, dan Lombok. Namun mengingat semakin banyak pemuda yang berminat masuk menjadi anggota, maka akhirnya Tri Koro Dharmo membuka kesempatan pemuda-pemuda dari berbagai pulau. Dengan kesempatan yang diberoikan ini, banyak pemuda dari sumatera masuk menjadi anggota Tri Koro Dharmo. Walaupun hal tersebut terjadi hanya untuk sementara.
Dengan berprinsip seperti itu, maka pada tanggal 12 Juni 1918, nama Tri Koro Dharmo di ubah namanya menjadi “Jong Java”. Selanjutnya diikuti oleh pemuda-pemuda dari daerah laindengan mendirikan organisasi pemuda sesuai dengan asla nama daerahnya.

2.      Jong Sumatranen Bond
            Jong Sumatranen Bond berdiri pada tanggal 2 Desember 1917 di Jakarta. Organisasi ini didirikan oleh para pemuda pelajar yang berasal dari Pulau Sumatera. Seperti juga Tri Koro Darmo, Jong Sumatranen Bond juga didirikan di Gedung STOVIA Jakarta. (Sagimun 1989:79). Keadaan Batavia atau Jakarta sebagai pusat pendidikan, ekonomi, politik serta sosial budaya, memungkinkan organisasi-organisasi pemuda lahir dan berkembang pusat disana.
Organisasi pemuda kedaerahan tersebut sangat berhati-hati dan tidak cepat bergerak kearah politik. Pergerakan untuk melawan penjajah tidak lagi berjuang secara fisik, melainkan berjuang secara moral. Jadi tidak ada lagi perang fisik melainkan berjuang melalui semangat persatuan dan kesatuan yang dapat dibina melalui pendidikan.
Tujuan dari organisasi ini adalah mempererat  hubungan dan persaudaraan antara pemuda-pemuda pelajar yang berasal dari pulau Sumatera. Dalam kegiatannya, Jong Sumatranen Bond berusaha mendidik para pemuda yang berasal dari Sumatera untuk menjadi pemimpin-pemimpin bangsa. Kepada pemuda ditanamkan rasa cinta terhadap kebudayaan sendiri.
            Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
  1. Mempererat persaudaraan pemuda pelajar dari Sumatra dan membangkitkan perasaan bahwa mereka terpanggil untuk menjadi pemimpin dan pendidik bangsa.
  2. Membangkitkan perhatian anggotanya dan orang luar untuk menghargai adat istiadat, seni, bahasa, kerajinan, pertanian, dan sejarah Sumatra Untuk mencapai tujuan itu, dilakukan usaha-usaha sebagai berikut :
  1. Menghilangkan perasaan prasangka etnis di kalangan orang-orang Sumatra
  2. Memperkuat perasaan saling membantu.
  3. Bersama-sama mengangkat derajat penduduk Sumatera dengan alat propaganda, kursus, dan ceramah-ceramah.
 Berdirinya Jong Sumateranen Bond dapat diterima oleh para pemuda Sumatra yang berada di kota-kota lainnya. Oleh karena itu, dalam waktu singkat organisasi ini sudah mempunyai cabang di Bogor, Serang, Sukabumi, Bandung, Purworejo, dan Bukittinggi. Dari organisasi inilah kemudian muncul tokoh-tokoh nasional, seperti Moh. Hatta, Muh. Yamin, dan Sutan Syahrir. Makin tebalnya jiwa nasional di kalangan pemuda Sumatera menyebabkan nama Jong Sumateranen Bond yang menggunakan istilah Belanda diubah menjadi Pemoeda Soematera. (Mustofa-dkk 2009:202).

3.      Jong Minahasa
Setelah lahir dan berkembangnya Jong Java dan Jong Sumatranen Bond, pada tahun 1918 pemuda-pemuda yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara, mendirikan perkumpulan atau organisasi pemuda yang terkenal dengan nama Jong Minahasa atau pemuda Minahasa. Pemuda Minahasa sering pula disebut pemudapemuda Manado, tujuan didirikan organisasi ini adalah menggalang dan mempererat persatuan dan tali persaudaraan di kalangan para pemuda pelajar yang berasal dari Minahasa. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Jong Minahasa bergerak di bidang kesenian, olahraga dan social budaya. Tokoh Minahasa antara lain adalah, G.R Pantouw. (Sagimun 1989:83)

4.      Jong Celebes
  Jong Celebes adalah organisasi pemuda yang menghimpun para pemuda pelajar yang berasal dari Selebes atau Pulau Sulawesi. Jong Celebes berusaha mengimpun pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi dari seluruh pulau Sulawesi seperti pemuda-pemuda suku Minahasa, suku Sangir, suku Bolang Mongondow, suku Gorontalo, bahkan juga dari Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan.
Jadi, Jong Celebes lebih luas jangkauan dan cakrawalanya daripada Jong Minahasa. Jikalau Jong Minahasa masih bersifat lokal, maka Jong Celebes bersifat regional.  Maksud dan tujuannya ialah mempererat rasa persatuan dari tali persasudaraan di kalangan pemuda pelajar yang berasal dari Pulau Sulawesi.
Tokoh-tokoh Jong Celebes  misalnya Arnlod Monotutu, Waworuntu, dan Magdalena Mokoginta (yang kemudia dikenal dengan Ibu Sukanto, Kepala Kepolisian Wanita Negara RI pertama). (Sagimun 1989:83-84).

5.      Jong Bataks Bond
Jong Bataks Bond merupakan organisasi atau perkumpulan yang didirikan oleh pemuda-pemuda yang berasal dari daerah Batak. Jong Bataks Bond artinya perserikatan atau perhimpunan pemuda-pemuda Batak. Maksud dan tujuan Jong Bataks Bond adalah membina persatuan dam mempererat tali persaudaraan di kalangan pemuda-pemuda yang berasal dari tanah Batak. Tujuan ini merupakan cita-cita awal mereka sebelum berkembangnya organisasi-organisasi pemuda di Batavia.
Jong Bataks Bond juga berusaha agar anggota-anggotanya di samping memajukan pelajarannya juga mencintai kebudayaannya sendiri. Jong Bataks Bond juga bergerak terutama di bidang social budaya dan tidak mau mencampuri urusan politik. Tokoh Jong Batak Bond antara lain adalah Amir Syarifudin. (Sagimun 1989:85)

6.      Sekar Rukun
Sekar Rukun merupakan organisasi atau perkumpulan Pemuda-pemuda yang berasal dari Pasundan atau Parahiyangan (Jawa Barat). Sekar berarti bunga atau kusuma. Yang dimaksud dengan sekar, bunga atau kusuma disini tentu saja sekar, bunga atau kusuma bangsa atau pemuda. Memang pemuda adalah harapan bangsa, sekarnya atau bunganya bangsa.
Jadi Sekar Rukun dimaksudkan sebagai organisasi atau perkumpulan pemuda-pemuda yang rukun. Mereka tidak mau bergabung dengan Jong Java, karena mereka ingin berdiri sendiri. Maksud dan tujuan Sekar Rukun adalah membina persatuan atau kerukunan dan mempererat tali persaudaraan di kalangan pemuda-pemuda yang berasal dari daerah Pasundan atau Parahiangan. Sekar Ruku juga berusaha menambah dan memajukkan pengetahuan serta mencintai bahasa dan kebudayaan dari daerah mereka. Kegiatan Sekar Rukun bergerak dibidang sosial budaya dan kesenian.

7.      Jong Ambon
Pemuda-pemuda dari Ambon (Maluku) juga tidak mau kalah dan tidak mau ketinggalan dari pemuda-pemuda dari daerah lain. Mereka juga mendirikan sebuah organisasi atau perkumpulan pemuda yang mereka namakan dan kemudian terkenal dengan nama Jong Ambon. Artinya Ambon Muda atau pemuda-pemuda Ambon. maksud membina persatuan dan mempererat tali persaudaraan di kalangan pemuda-pemuda yang berasal dari daerah Ambon. Jong Ambon bergerak terutama di bidang social Budaya, khususnya di bidang olah raga, seni music dan seni suara. Tokoh Jong Ambon yang terkenal antara lain adalah J. Leimena. (Sagimun 1989:85).

8.      Pemuda Kaum Betawi.
Pemuda Kaum Betawi merupakan organisasi atau perkumpulan yang didirikan Pemuda-pemuda penduduk asli Jakarta yang sering pula disebut dan menamakan dirinya orang-orang atau kaum Betawi. Sehingga organisasi mereka dinamakan Pemuda Kaum Betawi.
Maksud dan tujuan Pemuda Kaum Betawi membina persatuan dan mempererat tali persaudaraan di kalangan pemuda-pemuda penduduk asli Jakarta atau Batavia. Pemuda Kaum Betawi juga berusaha memajukan pelajaran serta bergerak di bidang sosial budaya. Salah seorang tokoh Pemuda Kaum Betawi yang terkenal adalah Mohammad Husni Thamrin yang kemudian terkenal pula di Volksraad sebagai seorang nasionalis yang disegani baik oleh kawan maupun oleh lawan. (Sagimun 1989:85).

9.      Jong Timoreesch Verbond
Pemuda-pemuda yang berasal dari daerah Timur (Nusa Tenggara Timur) mendirikan sebuah organisasi atau perkumpulan pemuda yang mereka namakan dan kemudian terkenal dengan nama Jong Timoreesch Verbond. Artinya perserikatan pemuda-pemuda timur. Maksud dan tujuan organisasi ini juga bergerak dibidang sosial budaya. Tokoh Jong Timoreesch Verbond yang terkenal adalah J.W. Amalo.
Demikian beberapa organisasi atau perkumpulan pemuda yang masih berasas dan bersifat kedaerahan atau regional. Cakrawalanya masih sangat sempit dan baru meliputi sebuah daerah yang sempit yang disebut daerah, provinsi atau suku.
Organisasi-organisasi pemuda berasas kedaerahan dalam perjalanannya sangat berhat-hati dan tidak cepat bergerak ke arah politik. Hal ini sangat beralasan karena pengalaman sebelum-sebelumnya organisasi yang bergerak dibidang politik akan diawasi secara ketat oleh pemerintah Kolonial Belanda. Namun derasnya arus pergerakan politik dalam gerakan kebangsaan Indonesia merubah haluan pemikiran organisasi-organisasi yang berkembang saat itu.

Dari pengalaman tersebut, maka organisasi pemuda lebih menitikberatkan semangat kedaerahan. Pada waktu itu semangat kedaerahan masih sangat diperlukan karena semangat persatuan nasional belum terbentuk. Hal ini untuk menunjukkan bahwa pergerakan untuk melawan penjajah tidak hanya dilakukan oleh pemuda jawa saja, tetapi daerah-daerah lain merasa tidak senang terhadap pemerinta Kolonial Belanda. Perjuangan melawan penjajahan tidak dilakukan melalui kontak fisik, melainkan berjuang secara moral, yang dibina melalui pendidikan.

Organisasi-organisasi pemuda sebelum tercetusnya sumpah pemuda hanya bergerak serta berorientasi di dalam tatanan wilayah masing-masing. Wadah pemersatu organisasi-organisasi yang berkembang saat itu masih jauh dari harapan serta belum berkembangnya konsep persatuan nasional.

Semangat persatuan yang digaungkan organisasi-organisasi pemuda hanya semangat persatuan daerah, ini terlihat jelas dari tujuan dibentuknya organisasiorganisasi pemuda itu. Semua bertujuan memajukan serta memperbaiki daerah masing-masing.

Organisasi-organisasi atau perkumpulan-perkumpulan pemuda itu belum meliputi dan berorientasi seluruh Nusantara dan belum bersifat, berjiwa serta bercita-cita nasional Indonesia. Namun organisasi pemuda itu sudah merupakan organisasi yang sudah mempunyai anggota-anggota dan pengurus-pengurus yang tetap. Ada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta pembagian kerja yang tertib bahkan teratur di antara pengurus-pengurusnya. Meskipun masih sangat sederhana, namun organisasi itu sudah mempunyai asas, maksud tujuan, rencana program kerja yang disusun bersama dan sebagainnya.

Tercetusnya “Sumpah Pemuda” dari hasil Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928. Para pemuda dalam organisasi ini sudah berani menggunakan pemikiran politik secara terbuka. Hal ini karena dipengaruhi oleh kejadian-kejadian sebelumnya, antara lain:
  1. Pemberontakan PKI yang gagal, mengakibatkan banyaknya para tokoh pergerakan nasional baik komunis maupun non komunis di tangkap.
  2. Munculnya pergerakan pemuda-peuda yang bersikap kooperatif (mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda)dan non-kooperatif (tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda).
  3. Banyaknya para anggota Perhimpunan Indonesia (PI) yang pulang dari negeri Belanda, karena di Eropa merasa tidak aman dan dikejar-kejar oleh pemerintah di Nederlandsch.
  4. Berdirinya partai-partai politik yang melancarkan pergerakan melalui kooperatif dan non-kooperati sejak tahun 1927.

Terimakasih Sudah Membaca