Keris pada bentuk awalnya memanglah sebagai Senjata Fisik atau senjata tajam untuk menikam / menusuk. Tapi dalam perkembangannya, keris tidak lagi sekedar senjata fisik belaka, tapi meningkat menjadi Senjata Rohani / Piyandel.
Hal ini tergambar dari dimulainya proses awal pembuatan, sampai proses akhir diserahkannya keris pusaka pada pemesannya....selalu dibarengi dgn doa doa dan laku tirakat. Bentuk bangun keris, sarat dengan makna-makna religius dan spiritual. Adapun saat kita menyimpan keris pusaka, sikap batin dan tingkah laku kita sebagai pemegang pusaka, harus terus mencerminkan ajaran-ajaran dalam keris nya tadi.
Fenomena yang terjadi di masyarakat, banyak yang belum memahami ilmu perkerisan, dan juga belum siap secara spiritual dan iman tauhidnya. Sehingga terjadi pembelokan dan pendangkalan fungsi keris pusaka. Keris hanya dicari kesaktiannya, khodamnya, dll. Lebih parah lagi, media massa dan media elektronik juga ikut-ikutan memberi informasi yang tidak benar tentang keris. Keris digambarkan lekat dengan dunia dukun, klenik, pertumpahan darah, dan kejahatan lainnya.
Padahal keris itu Senjata Rokhani /piyandel, sesuai dengan maksud dan tujuan sang Empu ( seniman spiritualis ) yang membuatnya, memohon keberkahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar manusia yang memegangnya selalu ingat kepada Tuhan, berbuat kebajikan dan bertakwa. Tidak ada maksud dari sang Empu, karya cipta nya disalahgunakan untuk hal-hal yang negatif atau penyebar bencana. Salam Rahayu
Comments
Post a Comment